Cirebon adalah suatu daerah yang berada di paling ujung pinggiran pulau Jawa Barat, serta berada di sisi sebelah tetangga pulau Jawa Tengah, lokasi Cirebon ini termasuk wilayah pantura yang ramai jika waktu mudik tiba, dengan dikenal akan wilayah lautnya. Karena keberadaan tersebut, bahasa yang digunakan rata-rata masyarakat Cirebon tidak hanya bahasa Sunda. Melainkan penggunaan dengan multy bahasa, bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Cirebon sendiri. Dengan keadaan seperti itu, Cirebon kadang dijadikan anak tiri pulaunya, ketidak labilan penggunaan bahasanya menjadi olok-olok canda anak-anak muda yang berasalkan benar-benar asli orang Sunda. Keanekaragaman bahasa itu menjadikan keunikan tersendiri yang dimiliki kota ini, tidak hanya itu dengan menggali lebih dalam kota ini, keanekaragaman bahasanya lebih ragam lagi dengan kebudayaan dan seni yang dimilikinya. Saya sendiri sebagai orang cirebon, baru tahu bahwa cirebon kaya akan seni dan budaynya..
Tayuban konon lahir di lingkungan kraton dan digunakan untuk menghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara-acara penting seperti pelakrama agung (perkawinan keluarga Sultan), tanggap warsa, peringatan ulang tahun, papakan, atau sunatan putra dalem.
Tayuban kemudian menyebar dan berkembang di masyarakat dengan pengaruh negatif baik datangnya dari luar maupun dari dalam.
Waditra yang digunakan adalah laras pelog, gendang, bedug, saron, bonang dsb. Wiyaga berjumlah 15 orang.
Busana
Wiyaga bendo, baju taqwa, kain batik dan celana sontok. Busana
Ronggeng kembang goyang, melati suren, sanggung bokor, cinatok,
sangsangan, krestagen dan alat perhias
TARI KLASIK
Tari klasik adalah salah satu jenis tarian yang berkembang pada zaman kejayaan Kesultanan Cirebon.
Secara garis besar Tari Klasik ada 3 jenis :
1. Tari Tradisional (tari Baksa, Sintren, Lais dsb)
2. Tari Klasik Cirebon (tari topeng, Ludaya, lengep, gatot kaca, dsb.)
3. ari Kreasi Modern (tari Merak, Kijang, Kupu kap, dsb.)
Waditra
yang digunakan kendang, saron, penerus, bonang, jengglang, tutukan
gong, dsb. Daerah penyekarannya terutama di lingkungan Kraton Kesepuhan
Cirebon Daerah Wilayah III. Fungsi kesenian sebagai hiburan untuk
menghormati tamu-tamu agung atau dalam resepsi kenegaraan.
JARAN LUMPING
Jaran
Lumping dahulu disebut juga Jaran Bari dari kata Birahi atau
Kasmaran, karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita
mencintai Allah dan Rasulnya. Oleh karen aitu tarian Jaran Lumping
digunakan sebagai alat dalam mengembangkan agama Islam.
Yang menciptakan Jaran Lumping adalah Ki Jaga Naya dan Ki Ishak dari Dana Laya Kecamatan Weru. Waditra yang digunakan yaitu bonang kecil, bonang Gede, panglima, Gendang, Tutukan, Gong, dan Kecrek.
sarana
lainnya Damar Jodog, Sesajen, Pedupaan, Bara Api/Aran dan Jaran
Lumping 5 buah yaitu Jaran Sembrani, Jaran Widusakti, Jaran Widujaya,
Jaran Sekadiu.
Busana
penari menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping
kantil dan melati,selendang, rompi, celana sontok, kestagen/bodong dan
kain batik.
WAYANG KULIT
Wayang
Kulit adalah pertunjukan yang garapannya terdiri dari gabungan
beberapa cabang seni (satu dengan yang lainnya saling menunjang,
serempak dan harmonis). Sebagai pokok/penonjolan yang diutamakan
memakai peraga wayang.
Pagelaran
wayang bersifat universal (gabungan dari beberapa seni). unsur yang
melengkapi dalam garapan pertunjukan wayang adalah seni sastra,
karawitan, drama, seni rupa dan seni pentas.
GENJRING RUDAT
Pada
awalnya Seni Rudat hanya berkembang di pesantren-pesantren, namun
kemudian seni yang bernafaskan Islam ini berkembang pula di masyarakat
umum. Munculnya kesenian berawal dari tumbuhnya semangat perjuangan
masyarakat dalam upayanya melawan penjajah yang dipimpin oleh seorang
pangeran dari Kesultanan Kanoman Cirebon.
Bersama
pimpinan-pimpinan pesantren ia menyusun kekuatan dengan mengajarkan
ilmu beladiri pada para santri. Kegiatan tersebut kemudian disamakan
dengan membentuk gerakan-gerakan berbentuk tarian. Maka dalam tarian
Rudat, kita akan melihat perpaduan gerak silat, dzikir dan gerakan
sholat, kemudian diiringi dengan lantunan puji-pujian yang mengagungkan
asma Allah dan Rasulnya.
Adapun alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Rudat adalah perangkat genjring, trebang dan bedug.
ANGKLUNG BUNGKO
Sintren
atau Lais menurut dugaan sudah ada sejak zaman animisme dan
dinamisme, dimana pada zaman itu digunakan sebagai salah satu alat
untuk berkomunikasi dengan arwah para leluhur.
Pada
zaman perkembangan agama Islam di Cirebon juga digunakan sebagai
media dakwah dalam menyebarkan agama Islam, dimana sangat banyak
pesan-pesan terselubung yang mencerminkan falsafah agama Islam.
Waditra
yang digunakan pada Sintren adalah buyung tanah, bumbung/ruas bambu,
kendi tanah dan kecrek. Para pelaku adalah seorang dalang sintren atau
lais bodor, wiyaga 4-7 orang, juru dupa, juru kawih sebanyak 12 orang.
WAYANG BABAD
Wayang babad Cirebon diciptakan oleh Ki Dalang Askadi Sastra Suganda dari Cangkring Plered Cirebon.
Cerita yang diangkat biasanya sejarah, legenda, cerita babad ataupun dongeng seperti golek papak Cirebon.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan,lagu-lagu kemandu lakon
TARLING KLASIK
Tarling
Klasik adalah kesenian khas daerah Cirebon yang lahir diperkirakan
tahun 1934 dan hingga saat ini masih populer digemari baik oleh
masyarakat regional maupun nasional.
Alat
musik yang digunakan sangat sederhana yaitu gitar atau guitar dan
bangsing/suling miring dilengkapi oleh alat musik lainnya seperti gong
kendi, kecrek sendok, gendang terbuat dari tong sabun diberi karet untuk
mengiringi lagu khas Cirebonan. Dari 2 buah alat musik gitar dan suling
lahirlah kesenian yang disebut TARLING yang merupakan akronim dari
kegua kata gitar dan suling.
SANDIWARA
Sandiwara
adalah kesenian teater yang berkembang di Cirebon diperkirakan
berkembang sejak tahun 1945. Seni sandiwara merupakan salah satu jenis
seni hiburan, di dalamnya ada tarian seperti Tari Serimpi, tari Bedaya
dan dilanjutkan dengan cerita yang diambil dari babad Cirebonan/cerita
rakyat.
Waditra yang digunakan adalah rancak bonang, kemyang, saron, titil, penerus, gong, gendang, seruling dsb.
TARI TOPENG TUMENGGUNG MAGANG DIRAJA DAN JINGGANANOM GAYA LOSARI
Kedua
tarian ini berkarakter putra bersifat gagah dengan ciri-ciri kualitas
tenaga kuat dan jangkauan ruang yang luas dengan tempo cepat. Gending
yang mengiringi tari Tumenggung Magang Diraja adalah Gending
Tumenggung atau Barlen, sedangkan tari Jinggananom diiringi dengan
musik Bendrong.
SAMPYONG
Sampyong
atau ujungan merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang
diwarnai unsur tari, olahraga, bela diri, kekebalan dan unsur magic.
Alat
yang digunakan untuk adu kekuatan yaitu tongkat rotan ukuran panjang
kurang lebih 125 cm. Waditra yang digunakan adalah bedug, ketuk
kenong, gendang, gong, dan kecrek. jumlah wiyaga hanya 5 orang. Sampyong
atau ujungan berkembang di wilayah utara diantaranya daerah Cirebon Utara dan Kapetakan (Bedulan).
BUROQ
Kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di desa Kalimaro Kecamatan Babakan. Penciptanya yaitu Bapak Ta'al.
Genjring
Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam
khitanan untuk mengarak pengantin sunat. Waditra yang digunakan adalah
4 buah genjring, gong, gitar, biola dsb. Peralatan boneka Buroq terdiri
dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita cantik,
sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.
SINGA DEPOK
Merupakan
salah satu jenis seni baru yang tumbuh dan berkembang di Kabuapten
Cirebon, kesenian ini berkembang di masyarakat untuk kebutuhan helaran
dalam acara syukuran khitanan.
Dalam
pagelarannya kesenian Singa Depok lebih menitiberatkan pada atraksi
gerak sisingaan yang dimainkan secara berkelompok. Adapun musik
iringannya terdiri dari harmonisasi, kendang, trompet dan gong.
GONG RENTENG
Gamelan
Renteng yang pertama sampai sekarang masih ada dan tersimpan di
Musium Kraton Kesepuhan. Konon Gamelan itu hadiah dari Kerajaan
Mataram pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati Sych Maulana Syarief
Hidayatullah.
Tabuhan
Renteng berfungsi sebagai tabuhan untuk upacara adat terutama untuk
menyambut tamu agung, selain itu juga digunakan untuk alat dakwah dalam
menyebarkan agama Islam.
Waditra
yang digunakan adalah Kromong (bonang kecil) 14 buah, Kromong (bonang
gede) 19 buah, Panglima 5 buah, Gendang besar 1 buah, gendang kecil 1
buah, Tutukan (keblug) 2 buah, Gong besar kecil 2 buah, kecrek(ecek
ebres).
Wiyaga berjumlah 9 orang dan menggunakan busana baju takwa kain batik, keris dan ikat kepala, wulung agreman.
Gamelan Renteng juga digunakan sebagai gamelan pengiring tarian Jaran Lumping.
Sumber : Kebudayaan/Ragam Kesenian Daerah;blog info Kabupaten Cirebon (http://www.cirebonkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45:kebudayaan&catid=28:pariwisata&Itemid=169)