Minggu, 02 Oktober 2011

Keanekaragaman Budaya Kesenian Daerah Cirebon

Cirebon adalah suatu daerah yang berada di paling ujung pinggiran pulau Jawa Barat, serta berada di sisi sebelah tetangga pulau Jawa Tengah, lokasi Cirebon ini termasuk wilayah pantura yang ramai jika waktu mudik tiba, dengan dikenal akan wilayah lautnya. Karena keberadaan tersebut, bahasa yang digunakan rata-rata masyarakat Cirebon tidak hanya bahasa Sunda. Melainkan penggunaan dengan multy bahasa, bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Cirebon sendiri. Dengan keadaan seperti itu, Cirebon kadang dijadikan anak tiri pulaunya, ketidak labilan penggunaan bahasanya menjadi olok-olok canda anak-anak muda yang berasalkan benar-benar asli orang Sunda. Keanekaragaman bahasa itu menjadikan keunikan tersendiri yang dimiliki kota ini, tidak hanya itu dengan menggali lebih dalam kota ini, keanekaragaman bahasanya lebih ragam lagi dengan kebudayaan dan seni yang dimilikinya. Saya sendiri sebagai orang cirebon, baru tahu bahwa cirebon kaya akan seni dan budaynya..




TAYUBAN
Tayuban konon lahir di lingkungan kraton dan digunakan untuk menghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara-acara penting seperti pelakrama agung (perkawinan keluarga Sultan), tanggap warsa, peringatan ulang tahun, papakan, atau sunatan putra dalem. 
Tayuban kemudian menyebar dan berkembang di masyarakat dengan pengaruh negatif baik datangnya dari luar maupun dari dalam.
Waditra yang digunakan adalah laras pelog, gendang, bedug, saron, bonang dsb. Wiyaga berjumlah 15 orang.
Busana Wiyaga bendo, baju taqwa, kain batik dan celana sontok. Busana Ronggeng kembang goyang, melati suren, sanggung bokor, cinatok, sangsangan, krestagen dan alat perhias




TARI KLASIK
Tari klasik adalah salah satu jenis tarian yang berkembang pada zaman kejayaan Kesultanan Cirebon.
Secara garis besar Tari Klasik ada 3 jenis :
1.       Tari Tradisional (tari Baksa, Sintren, Lais dsb)
2.       Tari Klasik Cirebon (tari topeng, Ludaya, lengep, gatot kaca, dsb.)
3.       ari Kreasi Modern (tari Merak, Kijang, Kupu kap, dsb.)
Waditra yang digunakan kendang, saron, penerus, bonang, jengglang, tutukan gong, dsb. Daerah penyekarannya terutama di lingkungan Kraton Kesepuhan Cirebon Daerah Wilayah III. Fungsi kesenian sebagai hiburan untuk menghormati tamu-tamu agung atau dalam resepsi kenegaraan.

JARAN LUMPING
Jaran Lumping dahulu disebut juga Jaran Bari dari kata Birahi atau Kasmaran, karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita mencintai Allah dan Rasulnya. Oleh karen aitu tarian Jaran Lumping digunakan sebagai alat dalam mengembangkan agama Islam.
Yang menciptakan Jaran Lumping adalah Ki Jaga Naya dan Ki Ishak dari Dana Laya Kecamatan Weru. Waditra yang digunakan yaitu bonang kecil, bonang Gede, panglima, Gendang, Tutukan, Gong, dan Kecrek.
sarana lainnya Damar Jodog, Sesajen, Pedupaan, Bara Api/Aran dan Jaran Lumping 5 buah yaitu Jaran Sembrani, Jaran Widusakti, Jaran Widujaya, Jaran Sekadiu.
Busana penari menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping kantil dan melati,selendang, rompi, celana sontok, kestagen/bodong dan kain batik.

WAYANG KULIT
Wayang Kulit adalah pertunjukan yang garapannya terdiri dari gabungan beberapa cabang seni (satu dengan yang lainnya saling menunjang, serempak dan harmonis). Sebagai pokok/penonjolan yang diutamakan memakai peraga wayang.
Pagelaran wayang bersifat universal (gabungan dari beberapa seni). unsur yang melengkapi dalam garapan pertunjukan wayang adalah seni sastra, karawitan, drama, seni rupa dan seni pentas. 

GENJRING RUDAT
Pada awalnya Seni Rudat hanya berkembang di pesantren-pesantren, namun kemudian seni yang bernafaskan Islam ini berkembang pula di masyarakat umum. Munculnya kesenian berawal dari tumbuhnya semangat perjuangan masyarakat dalam upayanya melawan penjajah yang dipimpin oleh seorang pangeran dari Kesultanan Kanoman Cirebon.
Bersama pimpinan-pimpinan pesantren ia menyusun kekuatan dengan mengajarkan ilmu beladiri pada para santri. Kegiatan tersebut kemudian disamakan dengan membentuk gerakan-gerakan berbentuk tarian. Maka dalam tarian Rudat, kita akan melihat perpaduan gerak silat, dzikir dan gerakan sholat, kemudian diiringi dengan lantunan puji-pujian yang mengagungkan asma Allah dan Rasulnya.
Adapun alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Rudat adalah perangkat genjring, trebang dan bedug.

ANGKLUNG BUNGKO
Sintren atau Lais menurut dugaan sudah ada sejak zaman animisme dan dinamisme, dimana pada zaman itu digunakan sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi dengan arwah para leluhur.
Pada zaman perkembangan agama Islam di Cirebon juga digunakan sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam, dimana sangat banyak pesan-pesan terselubung yang mencerminkan falsafah agama Islam.
Waditra yang digunakan pada Sintren adalah buyung tanah, bumbung/ruas bambu, kendi tanah dan kecrek. Para pelaku adalah seorang dalang sintren atau lais bodor, wiyaga 4-7 orang, juru dupa, juru kawih sebanyak 12 orang.

WAYANG BABAD
Wayang babad Cirebon diciptakan oleh Ki Dalang Askadi Sastra Suganda dari Cangkring Plered Cirebon.
Cerita yang diangkat biasanya sejarah, legenda, cerita babad ataupun dongeng seperti golek papak Cirebon.
Waditra yang digunakan adalah gamelan salendro dan pelog, genjring santri/rebanan, solawatan,lagu-lagu kemandu lakon

TARLING KLASIK
Tarling Klasik adalah kesenian khas daerah Cirebon yang lahir diperkirakan tahun 1934 dan hingga saat ini masih populer digemari baik oleh masyarakat regional maupun nasional.
Alat musik yang digunakan sangat sederhana yaitu gitar atau guitar dan bangsing/suling miring dilengkapi oleh alat musik lainnya seperti gong kendi, kecrek sendok, gendang terbuat dari tong sabun diberi karet untuk mengiringi lagu khas Cirebonan. Dari 2 buah alat musik gitar dan suling lahirlah kesenian yang disebut TARLING yang merupakan akronim dari kegua kata gitar dan suling.

SANDIWARA
Sandiwara adalah kesenian teater yang berkembang di Cirebon diperkirakan berkembang sejak tahun 1945. Seni sandiwara merupakan salah satu jenis seni hiburan, di dalamnya ada tarian seperti Tari Serimpi, tari Bedaya dan dilanjutkan dengan cerita yang diambil dari babad Cirebonan/cerita rakyat.
Waditra yang digunakan adalah rancak bonang, kemyang, saron, titil, penerus, gong, gendang, seruling dsb.


TARI TOPENG TUMENGGUNG MAGANG DIRAJA DAN JINGGANANOM GAYA LOSARI
Kedua tarian ini berkarakter putra bersifat gagah dengan ciri-ciri kualitas tenaga kuat dan jangkauan ruang yang luas dengan tempo cepat. Gending yang mengiringi tari Tumenggung Magang Diraja adalah Gending Tumenggung atau Barlen, sedangkan tari Jinggananom diiringi dengan musik Bendrong.
 






SAMPYONG 

Sampyong atau ujungan merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang diwarnai unsur tari, olahraga, bela diri, kekebalan dan unsur magic.
Alat yang digunakan untuk adu kekuatan yaitu tongkat rotan ukuran panjang kurang lebih 125 cm. Waditra yang digunakan adalah bedug, ketuk kenong, gendang, gong, dan kecrek. jumlah wiyaga hanya 5 orang. Sampyong atau ujungan berkembang di wilayah utara diantaranya daerah Cirebon Utara dan Kapetakan (Bedulan).


BUROQ

Kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di desa Kalimaro Kecamatan Babakan. Penciptanya yaitu Bapak Ta'al.
Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat. Waditra yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dsb. Peralatan boneka Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.
  




SINGA DEPOK
Merupakan salah satu jenis seni baru yang tumbuh dan berkembang di Kabuapten Cirebon, kesenian ini berkembang di masyarakat untuk kebutuhan helaran dalam acara syukuran khitanan.
Dalam pagelarannya kesenian Singa Depok lebih menitiberatkan pada atraksi gerak sisingaan yang dimainkan secara berkelompok. Adapun musik iringannya terdiri dari harmonisasi, kendang, trompet dan gong.

GONG RENTENG
Gamelan Renteng yang pertama sampai sekarang masih ada dan tersimpan di Musium Kraton Kesepuhan. Konon Gamelan itu hadiah dari Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati Sych Maulana Syarief Hidayatullah.
Tabuhan Renteng berfungsi sebagai tabuhan untuk upacara adat terutama untuk menyambut tamu agung, selain itu juga digunakan untuk alat dakwah dalam menyebarkan agama Islam.
Waditra yang digunakan adalah Kromong (bonang kecil) 14 buah, Kromong (bonang gede) 19 buah, Panglima 5 buah, Gendang besar 1 buah, gendang kecil 1 buah, Tutukan (keblug) 2 buah, Gong besar kecil 2 buah, kecrek(ecek ebres).
Wiyaga berjumlah 9 orang dan menggunakan busana baju takwa kain batik, keris dan ikat kepala, wulung agreman.
Gamelan Renteng juga digunakan sebagai gamelan pengiring tarian Jaran Lumping.

Sumber : Kebudayaan/Ragam Kesenian Daerah;blog info Kabupaten Cirebon (http://www.cirebonkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45:kebudayaan&catid=28:pariwisata&Itemid=169)